Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2020

NAMAKU RINDU

Gambar
  Oleh : Eko Saputra Namaku rindu, bahasa kaku yang sering kali gugur menyapa ragu.Menatap malu, namun fisi dalam sujud . Namaku rindu, luka antara jarak dan waktu. Sakit yang tak pernah berdara, pilu yang takbetnana, jalan buntuh hilang arah. Namaku rindu, pekat ketika malam tiba, hanyut ketika pagi kembali hadir, namun tetap saja perih, lantaran hari-hari tak ada yang berarti. Namaku rindu, diusir ketika mengusi padahal cuman datang sekedar berbisik, bahwa dia akan tetap ada di hati, selama doa tetap subur dilangit-langit ilahi. Namaku rindu, angin ribut yang memaksa masuk lewat sela-sela pintu, lalu menyatu dengan anggun tampak tahu cara untuk pulang. Namaku rindu, hujan dimalam menggu, hening dipuja waktu, malu ketika bertamu.

PENGASINGAN

Gambar
Oleh : Muhammad Azidan.  Pagi itu seperti pada biasanya, jauh dari kerumunan orang banyak dan di kala fajar persis sebelum sang surya bangkit dari balik cahaya fajar, aku duduk terpaku manatap keindahan alam, meminta semua yang kusaksikan menjelaskan realitas keindahan. Meminta kepada angin sepoi sepoi yang sejuk dan menyegarkan untuk menjelaskan alasan ia pergi menuju kota, di kendalikan oleh kehangatan matahari, ke kota tempat kuman kuman penyakit akan melekat pada keliman pakaiannya dan napas beracun manusia akan menyerangnya.  Lalu aku mulai beralih melihat ke bunga bunga nan indah, dan melihat mereka nampak sedih, lalu ku lontarkan pertanyaan " Wahai bunga yang indah, mengapa kalian nampak bersedih" salah satu dari mereka menjawab " Kami meratap karena manusia akan tiba, memetik leher kami, membawa kami jauh ke kota, dan menjual kami layaknya tawanan budak. Perlahan mataku mulai melirik sungai yang mengalir mengikuti setiap bentuk batu batu yang menghempit, tanpa ha...